Makalah Lanjut Usia Terlantar
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Negara Indonesia bertanggung jawab
terhadap kesejahteraan rakyat hal ini tercantum dalam pasal 27 ayat 2
Undang-undang Dasar 1945 yang berbunyi : “Tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Dan berupaya menghasilkan kondisi ekonomi dan sosial
masyarakat yang makin membaik dan usia harapan hidup makin meningkat. Salah
satu upaya kesejahteraan terhadap rakyat adalah bagi para lanjut usia.
Masa
lanjut usia adalah masa perkembangan terakhir dalam hidup manusia yang ditandai
dengan penurunan dan perubahan fungsi
fisik yang berhubungan dengan proses menua (Papalia, 2004). Lanjut usia membawa
penurunan fisik yang lebih besar dibandingkan periode – periode sebelumnya.
Lanjut usia mengalami kehilangan sejumlah neuron pada otak dan sistem saraf,
penurunan fungsi indra, kapasitas paru-paru dan kemampuan seksualitas
(Santrock, 2002). Sistem kekebalan tubuh lanjut usia pun menurun, rentan
terhadap penyakit, kemampuan mencerna makanan menjadi lamban, kehilangan
elasisitas dan fleksibilitas persendian dan tulang mulai keropos (Kuntjoro,
2005). Lanjut usia juga mengalami perubahan – perubahan secara psikologis,
yaitu perubahan pada psikis atau kejiwaan individu. Lanjut usia sering berbeda
dalam mempersepsikan sesuatu, kurang cepat dalam melakukan kegiatan motorik
atau melakukan respon terhadap rangsangan yang ada, penurunan intelektual, dan
perubahan pada kepribadian (Barrow, 1996). Perubahan pada lansia juga terjadi
perubahan secara sosial. Keberadaan lanjut usia sering dipersepsikan negatif
oleh masyarakat luas, yaitu sering dianggap tidak berdaya, sakit-sakitan, tidak
produktif dan sebagainya. Tidak jarang lanjut usia diperlakukan sebagai beban
keluarga, masyarakat hingga negara dan sering dikucilkan di panti – panti jompo
(Hutapea, 2005). Pada masa lanjut usia juga ditandai pula dengan masa pensiun.
Pensiun seringkali dianggap sebagai kenyataan yang tidak menyenangkan sehingga
menjelang masanya tiba sebagian individu sudah merasa cemas karena tidak tahu
kehidupn macam apa yang akan dihadapi kelak. Karena di era modern ini
pekerjaan, jabatan, harga diri sehingga seringkali terjadi orang yang pensiun
tidak bisa menikmati masa tua dengan hidup santai, sebaliknya bahkan mengalami
masalah serius (Jacinta, 2001). Perubahan- perubahan tersebut menyebabkan
lanjut usia sangat membawa stress dan merasa tidak aman, takut, merasa penyakit
selalu mengancam, sering bingung, panik dan depresif (Hutapea, 2005).
Keberadaan
lanjut usia memiliki tingkat harapan hidup yang tinggi, oleh karena itu
diperlukan upaya-upaya pemeliharaan serta peningkatan kesehatan dalam rangka
mencapai kesehatan masa tua yang sehat, berdaya guna dan produktif. Upaya ini
telah dilakukan oleh Pemerintah dengan mendirikan Panti Sosial Tresna Werdha
yang tersebar di Indonesia. Pada tahun
2004 jumlah PSTW sebanyak 235 unit, dengan rincian; 2 unit milik Pemerintah
Pusat, 70 unit milik Pemerintah Daerah dan 163 unit milik Masyarakat/Swasta.
Dari keseluruhan PSTW tersebut hanya mampu melayani 11.397 orang dengan
dukungan dana APBN dan APBD. Oleh karena itu, sangat diperlukan kerja sama
antara pemerintah dengan masyarakat didalam upaya penanganan lansia di luar
panti.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana identifikasi dan ciri-ciri masalah yang dihadapi oleh
lanjut usia ?
2. Bagaimana definisi permasalahan yang dihadapi oleh lanjut usia ?
3. Apa penyebab dan dampak permasalahan yang
dihadapi oleh lanjut usia?
4. Apa saja pelayanan pekerja sosial yang berkaitan dengan masalah
yang dihadapi ?
5. Apa saja potensi dan sumber bantuan yang digunakan dalam proses
pemecahan masalah lanjut usia ?
6. Bagaimana proses pemecahan masalah berdasarkan dengan pendekatan-
pendekatan masalah sosial ?
C.
Motivasi
Penulisan Makalah
Saat ini terdapat 22 juta manusia lanjut usia (lansia)
di Indonesia dan diperkirakan pada 2020 mencapai 28 juta, meningkat dari tahun
70-an yang 5,4 juta dan 2010 18 juta. Jumlah orang lanjut usia (lansia) terus
bertambah dan mereka membutuhkan aktivitas untuk tetap produktif. Persoalannya
saat ini, diantara mereka banyak yang masih produktif. banyak lansia dengan
tingkat kehidupan yang baik, masih bugar dan bisa diberdayakan. Setidaknya,
bisa membagi pengalaman yang dimilikinya ke sesama lansia yang jumlahnya banyak.
Pada 2015, sebanyak 22 lembaga sosial yang melayani lansia diberi dukungan bantuan usaha ekonomi produktif oleh Kemensos. Para lansia perlu diberdayakan dengan berbagai kegiatan, misalnya dengan berternak, bergabung dalam organisasi dan lainnya.
Pada 2015, sebanyak 22 lembaga sosial yang melayani lansia diberi dukungan bantuan usaha ekonomi produktif oleh Kemensos. Para lansia perlu diberdayakan dengan berbagai kegiatan, misalnya dengan berternak, bergabung dalam organisasi dan lainnya.
Lanjut usia mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (UU No. 13 Tahun 1998). Sebagai bagian
upaya dari penanganan sosial kepada lansia diberikan hak-hak untuk meningkatkan
kesejahteraan sosial antara lain:
1)
Pelayanan
keagamaan dan mental spiritual
2)
Pelayanan
kesehatan
3)
Pelayanan
kesempatan kerja
4)
Pelayanan
pendidikan dan pelatihan
5)
Kemudahan dalam
penggunaan fasilitas,sarana dan prasarana umum
6)
Kemudahan dalam
layanan dan bantuan hukum
7)
Perlindungan
sosial
8)
Bantuan sosial
BAB II
PEMBAHASAN
A. Identifikasi Masalah
Pada hari Sabtu, 9 April 2016 kami melakukan
observasi dan wawancara kepada salah seorang lanjut usia yang terlantar yang
sedang duduk-duduk di depan daerah Rumah Sakit Santo Yusup Cikutra, Bandung.
Bapak ‘S’ merupakan lanjut usia berusia 95
tahun kelahiran Majalaya, Bandung, beragamakan Islam. Bapak ‘S’ memiliki 5 orang anak yang masing-masing sudah menikah dan
berkeluarga, tinggal jauh dari tempat dimana bapak ini tinggal sekarang.
Istrinya sudah lama meninggal dunia. Awalnya Bapak ‘S’
bekerja sebagai tukang becak atau kuli angkut, namun karena usia yang terus
bertambah ia hanya bisa bekerja mengumpulkan boto plastik
bekas untuk membiayai hidupnya sehari-hari. Bapak
‘S’ tidak memiliki tempat tinggal tetap dan sering tidur di emperan toko di
pasar-pasar. Tidak pernah ada keluarga yang mencarinya. Bapak ini tidak pernah
mau merepotkan anak-anaknya yang sudah berkeluarga sehingga ia selalu berusaha
sendiri menjual hasil kumpulan botol plastiknya. Pendapatan
per hari biasanya sekitar 5000-10.000 rupiah saja, itupun jika sudah berhasil
mengumpulkan beberapa karung botol plastik. Tidak ada
penyakit serius yang di derita, namun sering
mengalami pegal-pegal pada bagian kaki. Ingatannya pun masih normal. Tak ada
harapan apapun untuk pemerintah, ia hanya menerima dan bersyukur saja untuk
semua yang dimilikinya sekarang.
Ciri-ciri masalah :
1) Mengalami kehilangan pasangan (istrinya sudah
meninggal)
2) Tidak memiliki tempat tinggal tetap
3) Mengalami perrtambahan usia (kelayan
berusiakan 95 tahun)
4) Tidak ada kerabat yang memperhatikan kelayan
5) Sering mengalami sakit pegal di kaki
6) Merasa kehadirannya memberatkan anak-anak
B. Definisi Masalah
Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia, menjelaskan bahwa seseorang yang dikatakan lanjut usia adalah orang yang telah berusia
60 (enam puluh) tahun keatas. Terdapat dua kategori lansia menurut
Undang-Undang ini yakni :
1)
Lanjut Usia Potensial yaitu lanjut usia yang masih mampu melakukan
pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan/atau jasa.
2)
Lanjut Usia Tidak Potensial yaitu lanjut usia yang tidak berdaya
mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan
orang lain
Sedangkan Lansia Terlantar dapat dikategorikan
kedalam golongan Lanjut Usia Tidak Potensial, yang didalam Permensos RI No. 12
Tahun 2013 tentang Program Asistensi Sosial Lanjut Usia Terlantar menjelaskan
bahwa Lanjut Usia Terlantar adalah lansia yang mengalami keterlantaran, tidak
potensial, tidak memiliki dana pensiun, aset atau tabungan yang cukup, sehingga
mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak baik secara
jasmani, rohani maupun sosialnya.
Berdasarkan
observasi dan wawancara yang dilakukan, maka dapat diperoleh Masalah pada
setiap aspek :
1) Aspek Biologis dan Fisik
Bapak ‘S’ berusia 95 tahun, yang mengalami
penurunan fungsi organ tubuh, kulit keriput, rambut putih, gigi sebagian mulai
tidak ada, mengalami sakit dan pegal pada bagian kaki.
2) Aspek Psikologis
Bapak ‘S’ tinggal sendiri, tidak ada kerabat
dan keluarga yang dekat, mengalami kesepian karena sudah lama hidup sendirian
tanpa pasangan. Bapak ‘S’ merasa kehadiran di antara anak-anaknya akan menjadi
beban, oleh karena itu Bapak ‘S’ tinggal jauh dari rumah dan mencari botol
bekas untuk sumber penghidupan sehari-hari. Bapak ‘S’ terlalu menerima apa yang
didapatnya sekarang dan tidak mau tinggal di Panti.
3) Aspek Sosial
Tidak ada keluarga dan kerabat yang
memperhatikan.
C. Penyebab dan Dampak Permasalahan
·
Penyebab Masalah
1)
Ketiadaan anak, keluarga, kerabat dan masyarakat, lingkungan yang
dapat memberikan bantuan tempat tinggal dan penghidupannya.
2)
Kesulitan hubungan antara lanjut usia dengan keluarga dimana selama
ini ia tinggal.
3)
Ketiadaan kemampuan keuangan atau ekonomi dari keluarga yang
menjamin penghidupannya secara layak.
4)
Kebutuhan penghidupannya tidak dapat dipenuhi melalui lapangan
kerja yang ada.
5)
Perkawinan anak, sehingga anak hidup mandiri dan terpisah dari
orang tua, serta urbanisasi yang menyebabkan lanjut usia terlantar
·
Dampak Masalah
1) Ketiadaan
keluarga mengakibatkan banyak lansia yang terlantar, berada di jalanan, tidak
ada yang mengurus dan mendampingi.
2) Kesulitan
hubungan dengan keluarga mengakibatkan lansia merasa kesepian, sedih, rindu
dengan keluarganya.
3) Masalah ekonomi
karena kebanyakan lanjut usia sudah tidak bekerja, sehingga mereka
menggantungkan diri kepada anak, sanak saudara atau keluarga sehingga apabila
pihak yang membantunya merasa keberatan dapat menyebabkan lanjut usia tidak
terpenuhi kebutuhannya secara layak.
4) Lanjut usia
sulit mencari pekerjaan karena kurangnya pekerjaan yang menerima lansia.
5) Merasa tidak
berguna dan menjadi beban anak-anak dan kerabat, karena tinggal jauh dari
mereka dan sudah memiliki keluarga sendiri.
D. Pelayanan- Pelayanan Pekerja Sosial yang
Sesuai dengan Masalah
Salah satu pelayanan kesejahteraan sosial adalah layanan terhadap
lanjut usia. Tujuan pelayanan sosial lanjut usia ialah meningkatkan taraf kesejahteraan lanjut usia dalam kehidupan
agar dapat menikmati hari tuanya dalam suasana aman, tentram dan sejahtera
lahir batin. Bagi negara-negara yang sudah maju dan tingginya usia harapan
hidup, maka batasan dalam memberi bantuan dan pelayanan lanjut usia adalah
mereka yang telah berusia diatas 60 tahun akan menerima jaminan sosial. Menurut
undang-undang No. 4 tahun 1965 menyatakan tentang pemberian bantuan pada orang
lanjut usia minimal telah berumur 56 tahun namun menurut BKKBN tahun 1989
memberikan batasan pada orang yang disebut jompo atau lanjut usia setelah
berusia 60 tahun.
Dari keputusan menteri sosial RI No.25/HUK/2003 menyatakan bahwa
orang yang telah berumur 60 tahun keatas dengan meningkatnya usia harapan hidup
penduduk membawa berbagai masalah sosial yang berkaitan dengan kondisi fisik,
psikologis, sosial, dan ekonomi sehingga diperlukan pelayan sosial yang dapat
merespon masalah tersebut.
Upaya-upaya penanganan terhadap lanjut usia yang telah dilakukan
oleh Pemerintah
dengan mendirikan Panti Sosial Tresna Werdha yang tersebar di Indonesia.
Pelaksanaan
pelayanan bagi lanjut usia yang belum terbina di Panti Sosial Tresna Werdha. Maka
harus melalui tahap awal dalam proses pelayanan dimulai, yakni :
1. Awal kegiatan pelayanan di panti sosial
Kegiatan pelayanan lanjut usia dipanti merupakan kegiatan yang
berhubungan langsung dengan pelayanan kelayan. Kegiatan ini dilakukan oleh
seksi perlindunhgan dan jaminan sosial dibantu oleh kelompok pekerja sosial
fungsional (profesi pekerja sosial). Dalam kegiatan awal sebelum lanjut usia
masuk dan mendapat pelayanan dipanti dilaksanakan melalui :
a.
Kegiatan
observasi
Setelah ada pengajuan/usulan lanjut usia akan dimasukan dipanti,
sebelumnya pihak panti mengadakan
observasi dengan cara mengadakan kunjungan rumah di tempat tinggal calon
kelayan untuk melihat kondisi latar belakang sosial-ekonomi calon kelayan
secara langsung, sehingga mendapat sasaran yang akurat dan objektif.
b.
Kegiatan
motivasi
Dilaksanakan dengan cara memberikan penyuluhan sosial kepada masyarakat
baik secara kelompok maupun perorangan sehingga mereka mau berpartisipasi dalam
proses pelayanan yang dilaksanakan.
c.
Kegiatan
seleksi
Setalah hasil observasi dan motivasi bagi calon kelayan maka
petugas administrasi mulai mengoreksi penempatan wisma calon kelayan.
2.
Di dalam sebuah Panti/ Lembaga terdapat berbagai program kesejahteraan sosial bagi lanjut usia antara lain
adalah :
a.
Peningkatan dan
pembinanaan peran keluarga masyarakat, organisasi sosial, sektor swasta dan
para pengusaha dalam kegiatan pembinaan kesejahteraan sosial para lanjut usia
b.
Peningkatan
panti sosial tresna werdha serta mengembangkannya menjadi pusat pelayanan dan
perawatan lanjut usia untuk lingkungan sekitarnya
c.
Peningkatan
pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia diluar panti sosial yakni
dilingkungan keluarga dan/atau lingkungan masyarakat
d.
Peningkatan
penyuluhan dan bimbingan usaha kesejahteraan sosial bagi para lanjut usia
melalui berbagai media forum
e.
Penyelenggaraan
dan peningkatan panti petirahan dan panti rehabilitasi sosial bagi lanjut usia
3. Peran Pekerja Sosial
a.
Penghubung
Menghubungkan kelayan kepada sumber – sumber yang
menyediakan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan kelayan
b.
Expert
Sebagai tenaga ahli, menyampaikan pengetahuan
professional, yakni merumuskan gagasan yang akan dilakukan, kemudian
menganalisis fakta yang ditemukan dengan cara mengumpulkan informai dan data
yang valid untuk bahan proses penyelesaian dan pemberian pelayanan sosial
kepada lanjut usia tersebut.
c.
Pendamping
Menolong untuk mempermudah upaya pencapaian target
penyelesaian masalah, menyediakan fasilitas dengan cara mempermudah/
memungkinkan kelayan untuk melaksanakan fungsi sosialnya.
d.
Terapis
Memberikan layanan layanan terapi untuk mengurangi
kecemasan. Therapy yang dapat digunakan adalah Realita therapy untuk
memberikan penyadaran bahwa harus bisa menerima keadaan yang sudah dialami agar
sedihnya hilang. Dan menggunakan teknik Recreation
skill group untuk memberikan kesenangan dan mengurangi serta menghilangkan
perasaan sedih dan pasrah.
e.
Motivator
Memberikan dorongan, semangat agar kelayan tidak merasa
terlalu menerima dan menjadi beban terhadap kerabat dan anak-anaknya.
Memberikan pengaruh yang baik bahwa di usia yang sudah memasuki 95 tahun
sebaiknya menikmati hidup dengan tenang dan senang walaupun sudah tidak
produktif.
E.
Potensi dan Sumber Bantuan yang Dapat Digunakan
·
Potensi :
a.
Fisik
Masih memiliki pendengaran dan penglihatan
yang baik
b.
Nonfisik
Iman dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Di dalam Panti dibekali dengan pemberian pembekalan pada aspek spiritual (misalnya
pengajian) untuk menguatkan iman dan keyakinan kelayan agar hidup tenang dan
menyenangkan menikmati hari tuanya, kelayan masih
mampu untuk berinteraksi baik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya, mampu bekerja walaupun tidak dalam skala yang
besar.
·
Sumber :
a.
Formal :Keanggotaan sebagai kelayan di Panti Sosial Tresna Werdha
b.
Informal
:Keluarga, teman-teman panti (berupa dukungan,
kasih sayang kepada kelayan)
c.
Kemasyarakatan :Panti
Sosial Tresna Werdha, Rumah Sakit Lanjut Usia
F.
Pendekatan - Pendekatan Masalah Sosial yang Sesuai dengan
Permasalahan
Upaya
pelembagaan lanjut usia dalam kehidupan bangsa dilakukan dengan berbabagi
pendekatan:
a.
Secara
multidisiplin dalam keterpaduan antar profesi lintas sektoral maupun lintas
program yang dilakukan secara komprehensif
b.
Melalui
pemberdayaan perana keluarga dalam upaya peningkatan kesejahteraan dan
pembinaan kualitas peran serta lanjut usia dalam kegiatan kemasyarakatan dan
pembangunan
c.
Melalui
peningkatan pelaksanaan bina keluarga lanjut usia dalam kerangka pembinaan
kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
d.
Melalui
pembinaan, peningkatan dan pengembangan peran serta masyarakat lingkungan
setempat dalam kegiatan pembinaan lanjut usia dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa,bernegara secara membudaya dan melembaga
e.
Melalui
pelaksanaan pembinaan kepada generasi muda untuk berperan aktif melestarikan
dan menerapkan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia dalam memberikan
penghormatan dan penghargaan kepada para lanjut usia
f.
Pemberian
perhatian secara lebih khusus terhadap kondisi dan perbedaan alami para lanjut
usia wanita, tanpa mengabaikan kesamaan kedudukan dan peranannya dengan kaum
pria
g.
Pemberian
dorongan kepada organisasi sosial, organisasi keagamaan, lembaga swadaya
masyarakat dan sector swasta untuk berperan aktif dalam upaya pelembagaan
lanjut usia dalam kehidupan bangsa sesuai dengan kebijakan nasional
h.
Pemberian
kesempatan kepada lanjut usia untuk mendayagunakan pengalaman dan keahliannya
dalam berbagai kegiatan pembangunan dan kemasyarakatan dalam rangka
memperpanjang kemampuan produktivitas mereka
i.
Perluasan
kesempatan bagi para lanjut usia untuk memperdaalm ilmu pengetahuan dan agama
serta meningkatkan pelaksanaan ibadahnya yang secara langsung maupun tidak
langsung dapat meningkatkan rasa percaya diri, kebahagiaan batin serta semangat
hidup dan produktivitas mereka
j.
Peningkatan
peran serta lanjut usia dalam usaha ekonomi produktif keluarga, koperasi maupun
sector swasta yang dapat meningkatkan kemandirian lanjut usia
k.
Melalui
pelaksanaan dan pengembangan program jaminan sosial gotong royong bagi lanjut
usia yang mencakup pelaksanaan perlindungan kesejahteraan sosial, jaminan
sosial tenaga kerja, jaminan sosial kesehatan, bantuan kesejahteraan sosial, asuransi
kesejahteraan sosial dan bentuk-bentuk jaminan sosial lain bagi para lanjut
usia secara bertahap, sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Pendekatan – pendekatan yang sesuai adalah :
a.
Pendekatan
Agama
Melalui
pendekatan agama, para kelayan lanjut usia diberikan banyak kegiatan untuk
mendekatkan dirinya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Contoh kegiatan yang diambil
dari Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi ini rutin melaksanakan kegiatan
pengajian pada pagi hari. Para lanjut usia juga diberikan pembekalan kerohanian
agar dapat memiliki jiwa yang tenang dalam menghadapi hari-hari tuanya.
b.
Pendekatan
Jurnalistik
Menurut kami,
melalui pendekatan jurnalistik ini dilakukan dengan cara pemberian informasi melalui media kepada masyarakat dan kelayan untuk
dapat menyalurkan lanjut usia terlantar dan menyadarkan para lanjut usia terlantar kepada panti sosial tresna werdha terdekat yang ada di daerahnya. Tujuan
dari hal ini adalah untuk mengurangi lanjut usia terlantar yang belum
terlembaga.
BAB III
PENUTUP
Menurut Permensos RI NO.8 TAHUN 2012
lanjut usia terlantar adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, karena
faktor-faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya.
Lanjut usia sebagai individu tetap
membutuhkan teman untuk berbagai, baik dalam keluarga maupun didalam lingkungan
sosialnya. Mengingat usianya yang sudah lanjut mereka memiliki keterbatasan
mobilitas dan berdampak pada relasi sosial mereka. Relasi sosial menjadi sempit
dan ini akan berdampak pada aspek psikologis lanjut usia itu sendiri
. Mereka menjadi merasa terasing dan tidak punya harapan
hidup (hopeles) yang lebih baik di masa tuanya .
Faktor-faktor yang mempengaruhi
lansia terlantar yaitu ketiadaan anak keluarga, kerabat dan masyarakat
lingkungan yang dapat memberikan bantuan tempat tinggal dan penghidupannya;
kesulitan hubungan antara lanjut usia dengan keluarga dimana selama ini ia
tinggal; ketiadaan kemampuan keuangan/ekonomi dari keluarga yang menjamin
penghidupannya secara layak; Kebutuhan penghidupannya tidak dapat dipenuhi
melalui lapangan kerja yang ada, dan; perkawinan anak sehingga anak hidup
mandiri dan terpisah dari orangtua, serta urbanisasi yang menyebabkan lanjut
usia terlantar
Terkait dengan permasalahan yang dihadapi kelayan, pelaksanaaan pelayanan kesejahteraan
sosial bagi lanjut usia belum optimal, karena masih ada bebrapa lanjut usia
yang terlantar, tidak memiliki tempat tinggal, sanak saudara, perhatian yang
cukup, pekerjaan dan penghasilan kurang yang belum terlembaga. Dalam
melaksanakan upaya pelayanan sosial yang merata dan optimal bagi lanjut usia
pada khususnya maka perlu bantuan dari masyarakat selain dari pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
Salmah, Sri.
2010. Bahagia dan Sejahtera Di Usia
Lanjut. Nitipuran : B2P3KS PRESS.
Departemen
Sosial RI. 1996. Pelembagaan Lanjut Usia
Dalam Kehidupan Bangsa. Jakarta : Departemen Sosial.
Heru, Sukoco Dwi. 1991. Profesi Pekerjaan Sosial dan
Proses Pertolongannya. Bandung : Koperasi Mahasiwa STKS Bandung.
Sumber lain :
Purba, J. 2011.
Makalah Malah Lanjut Usia. Repository.usu.ac.id.
diakses pada Hari Selasa 12 April 2016 pukul 11.05
Mustikafani,
Dewi. 2015. Makalah Tentang Lansia. Donaldtintin.blogspot.co.id.
diakses pada Hari Selasa, 12 April
2016 pukul 11.30.
Comments
Post a Comment