Find Your Happiness
Happiness, find it yourself.
Where is it? In your family!
Ya, keluarga adalah segalanya bukan?
Harusnya begitu..
Meskipun kamu orang yang sibuk
Meskipun kamu aktivis yg selalu dibutuhkan organisasimu
Meskipun kamu punya byk kegiatan diluar kewajibanmu sbg mahasiswa
Meskipun katamu "aku tak punya byk waktu utk pulang, libur saja aku harus mengerjakan tugas"
Ah ini sangat menyakitkan, saat jarak antara rumah dan kota tmpt kamu kuliah tdk terlalu jauh tp kamu jarang pulang. Seperti aku!
Hari ini begitu banyak cerita yang bisa aku bagikan, tapi aku hanya dapat menuliskan beberapa hal yang aku ingat karena sebagian yang lain hanya bisa aku simpan untuk diriku sendiri
Pagi ini aku bersiap untuk pulang kampung, ya walaupun sebenarnya jarak antara tempat tinggal dengan kota tempat aku kuliah tidak terlalu jauh tapi aku jarang sekali pulang. Hanya sekitar 3-5 jam perjalanan, ini merupakan kesempatan yang tidak akan aku sia-siakan ditengah berbagai kegiatan yang selalu menghambat aku untuk bisa pulang ke rumah..
Rezeki itu tak pernah kita tahu dari mana datangnya
Rezeki itu bukan hanya berbentuk uang, tapi bisa berupa kesempatan, waktu, kebahagiaan bahkan masih banyak dalam bentuk yang tak pernah kau sadari
Termasuk hari ini, saat aku pertama naik angkutan umum dari kos. Saat aku jalan, angkot sudah berada tepat dihadapanku dan langsung berjalan (biasanya menunggu penumpang penuh, tapi ini sama sekali tidak)
Kemudian aku menuju tempat pemberhentian damri, kulihat dari jauh ternyata baru saja bus damri pergi sebelum aku turun “Yah aku harus nunggu lama kalau gitu”, gumamku dalam hati. Tapi ternyata salah, saat aku turun dari angkot ada damri yang siap untuk berangkat ke terminal. Alhamdulillah tidak sampai 5 menit, busnya langsung berjalan tanpa menunggu penuh penumpang (lagi)
Sampai di terminal sekitar 1 jam perjalanan, aku berjalan ke tempat pemberhentian bis bdg-smi. Saat aku berjalan, kulihat hanya ada 2 bus disana dan bus yang satunya maju sebelum aku sampai. “Yah berarti aku harus menunggu bus selanjutnya berangkat”
Ternyata aku salah lagi, tidak lama aku naik bus yang kedua dan langsung penuh. Sehingga aku tak perlu menunggu lama lagi.
Selama perjalanan, penumpang terus naik walau tahu bus penuh sehingga mereka harus berdiri sampai ke tempat yang mereka tuju. Saat itulah aku bertemu dengan seorang bapak paruh baya yang tidak mendapat tempat duduk seperti yang lain. Ia berdiri disebelah tempat aku duduk. Aku tidak tega melihat beliau berdiri, aku terus membayangkan bagaimana jika bapakku yang ada dalam keadaan seperti itu. Pasti pegal. Aku mencoba mengumpulkan keberanian untuk menawarkan tempat dudukku, karena aku takut ia menolak (karena aku perempuan). Benar saja, saat aku menawarkan tempat duduk, ia menolak berkali-kali, “Jangan neng, neng kan perempuan” Aku terus membujuknya, namun ia tetap saja tidak mau, baiklah aku menyerah.
Sebenarnya aku sedikit kesal, bukan kerna ditolak untuk memberikan tempat duduk. Tapi karena dalam bus itu banyak pemuda yang dengan santai tetap duduk meskipun melihat seorang bapak paruh baya berdiri bersandar ketempat yang ia duduki. Tega! Beruntunglah bapak itu masih kuat berdiri lama, kalau tidak? Entah apa yang akan terjadi. Sepanjang perjalanan beliau menceritakan ketiga anak perempuannya, anak pertama sudah lulus dari salah satu sekolah kedinasan dan sudah menjadi milik Negara (kau harus paham tentang ini tanpa aku jelaskan lebih panjang), anak keduanya kuliah di kampus swasta didaerah cimahi, anak ketiganya kuliah di kampus daerah geger kalong. Bapak itu bercerita bahwa ia tidak pernah tahu dimana anak pertamanya berada, ia bilang bahwa ia merasa memiliki anak hilang. Wajahnya sangat sedih saat mengatakan hal itu, beliau bilang kalau hanya sempat tahu dipulau mana anaknya berada tanpa tahu lokasi tepatnya. Untuk berkomunikasi pun harus menunggu anak pertamanya menghubungi terlebih dahulu yang entah kapan waktu itu datang karena tidak bisa ditentukan. Singkat cerita, beliau pun turun. Aku bersyukur lagi dengan semua rezeki yang aku dapatkan hingga saat ini, Alhamdulillah.
Satu hal yang mebuat aku menyesal dari kejadian itu, dari sekian banyak kesempatan aku untuk bisa pulang dan menghubungi keluarga dirumah. Aku belum bisa memanfaatkannya dengan baik, ini salahku yang terlalu menyibukkan diri ditanah rantau padahal keluaragku dengan setia menunggu kabar dan menunggu aku pulang kerumah walau hanya 2-3 hari.
Kebahagiaan itu dijemput, bukan ditunggu
Aku teringat kata-kata indah itu saat aku berada dalam bis yang membawaku ke Sukabumi, ada seorang bapak tua yang menjual tissue. Seperti pedagang asongan lain, ia menyimpan barang dagangannya disetiap penumpang bis lalu mengambilnya kembali jika penumpang itu tidak berminat untuk membeli barangnya.
Sedih ketika meilhat bapak tua itu tergopoh kelelahan sambil berjalan didalam bis mengambil kembali dagangannya yang sepi pembeli. Tapi saat ada yang membeli, raut wajahnya berubah cerah, matanya bebinar sambil mengucapkan rangkaian do’a untuk sang pembeli. MasyaAllah, aku masih kalah dalam bersyukur oleh beliau. Padahal hanya 2 buah tissue yang aku beli, tapi beliau mendo’akan aku bernilai ratusan kali lipat dari harga barang yang aku beli. Pak, terimakasih telah memberikan aku pelajaran untuk selalu bersyukur sekecil apapun nikmat yang Allah berikan kepada kita. Semoga bapak dan keluarga selalu dalam lindungan Allah..
Aku benar-benar yakin bahwa setiap perbuatan memang tergantung dengan niat. Niatku yang insyaAllah baik untuk memutuskan pulang sebelum uas memang berbuah manis. Hari ini banyak sekali pelajaran yang aku dapatkan, perjalananku menuju rumah ini memang penuh berkah.
Satu lagi cerita yang akan kubagikan hari ini saat aku, sudah sampai dirumah.
Aku cuma mau berbagi sedikit kebahagiaan hari ini, saat kamu sampai rumah dan langsung disambut dgn teriakan oleh kakakmu. Ya teteh yg lg hamil dan ngidam pengen ketemu adiknya yg jarang pulang.
Setiap hari selalu minta adiknya pulang, atau sekedar tanya "kapan pulang", satu hari bisa tanya sampai 3kali kaya jadwal makan aja..
Dia langsung teriak, peluk kamu ciumin kamu kaya seorang ibu yg jemput anaknya yg masih kecil pulang camping! Sederhana, tapi bahagia!
Skrg aku tahu kalau yg namanya ngidam itu beneran ada hehe
Ini cuma bagian kecil dr kebahagiaan seorang mahasiswa yg so sibuk dan jarang pulang.
Masih byk kebahagiaan lain yg bisa kalian temukan hanya saat km lihat senyum bahagia keluarga saat km plg dlm keadaan baik2 aja, saat kamu ada dirumah.
Ya, keluarga adalah segalanya
Baiti jannati, rumahku surgaku
Sampai bertemu dgn keluargamu dirumah ya, jgn lupa utk selalu mendo'akan yg terbaik utk mereka.
Kata ibu dan bapak "kami selalu menunggu kamu punya waktu utk plg atau sekedar telepon utk tahu kalau km baik-baik saja"
So, masih mau biarin keluarga dirumah kangen trs sm kamu? Disaat ada kesempatan utk pulang kenapa gk dilakukan? Atau saat ada sedikit waktu dari sibukmu kenapa gak kasih mereka kabar?
Sedikit banyak semoga pengalamanku hari ini bisa diambil hal-hal baiknya ya teman, titipkan salam terbaikku untuk keluargamu disana!;)
Where is it? In your family!
Ya, keluarga adalah segalanya bukan?
Harusnya begitu..
Meskipun kamu orang yang sibuk
Meskipun kamu aktivis yg selalu dibutuhkan organisasimu
Meskipun kamu punya byk kegiatan diluar kewajibanmu sbg mahasiswa
Meskipun katamu "aku tak punya byk waktu utk pulang, libur saja aku harus mengerjakan tugas"
Ah ini sangat menyakitkan, saat jarak antara rumah dan kota tmpt kamu kuliah tdk terlalu jauh tp kamu jarang pulang. Seperti aku!
Hari ini begitu banyak cerita yang bisa aku bagikan, tapi aku hanya dapat menuliskan beberapa hal yang aku ingat karena sebagian yang lain hanya bisa aku simpan untuk diriku sendiri
Pagi ini aku bersiap untuk pulang kampung, ya walaupun sebenarnya jarak antara tempat tinggal dengan kota tempat aku kuliah tidak terlalu jauh tapi aku jarang sekali pulang. Hanya sekitar 3-5 jam perjalanan, ini merupakan kesempatan yang tidak akan aku sia-siakan ditengah berbagai kegiatan yang selalu menghambat aku untuk bisa pulang ke rumah..
Rezeki itu tak pernah kita tahu dari mana datangnya
Rezeki itu bukan hanya berbentuk uang, tapi bisa berupa kesempatan, waktu, kebahagiaan bahkan masih banyak dalam bentuk yang tak pernah kau sadari
Termasuk hari ini, saat aku pertama naik angkutan umum dari kos. Saat aku jalan, angkot sudah berada tepat dihadapanku dan langsung berjalan (biasanya menunggu penumpang penuh, tapi ini sama sekali tidak)
Kemudian aku menuju tempat pemberhentian damri, kulihat dari jauh ternyata baru saja bus damri pergi sebelum aku turun “Yah aku harus nunggu lama kalau gitu”, gumamku dalam hati. Tapi ternyata salah, saat aku turun dari angkot ada damri yang siap untuk berangkat ke terminal. Alhamdulillah tidak sampai 5 menit, busnya langsung berjalan tanpa menunggu penuh penumpang (lagi)
Sampai di terminal sekitar 1 jam perjalanan, aku berjalan ke tempat pemberhentian bis bdg-smi. Saat aku berjalan, kulihat hanya ada 2 bus disana dan bus yang satunya maju sebelum aku sampai. “Yah berarti aku harus menunggu bus selanjutnya berangkat”
Ternyata aku salah lagi, tidak lama aku naik bus yang kedua dan langsung penuh. Sehingga aku tak perlu menunggu lama lagi.
Selama perjalanan, penumpang terus naik walau tahu bus penuh sehingga mereka harus berdiri sampai ke tempat yang mereka tuju. Saat itulah aku bertemu dengan seorang bapak paruh baya yang tidak mendapat tempat duduk seperti yang lain. Ia berdiri disebelah tempat aku duduk. Aku tidak tega melihat beliau berdiri, aku terus membayangkan bagaimana jika bapakku yang ada dalam keadaan seperti itu. Pasti pegal. Aku mencoba mengumpulkan keberanian untuk menawarkan tempat dudukku, karena aku takut ia menolak (karena aku perempuan). Benar saja, saat aku menawarkan tempat duduk, ia menolak berkali-kali, “Jangan neng, neng kan perempuan” Aku terus membujuknya, namun ia tetap saja tidak mau, baiklah aku menyerah.
Sebenarnya aku sedikit kesal, bukan kerna ditolak untuk memberikan tempat duduk. Tapi karena dalam bus itu banyak pemuda yang dengan santai tetap duduk meskipun melihat seorang bapak paruh baya berdiri bersandar ketempat yang ia duduki. Tega! Beruntunglah bapak itu masih kuat berdiri lama, kalau tidak? Entah apa yang akan terjadi. Sepanjang perjalanan beliau menceritakan ketiga anak perempuannya, anak pertama sudah lulus dari salah satu sekolah kedinasan dan sudah menjadi milik Negara (kau harus paham tentang ini tanpa aku jelaskan lebih panjang), anak keduanya kuliah di kampus swasta didaerah cimahi, anak ketiganya kuliah di kampus daerah geger kalong. Bapak itu bercerita bahwa ia tidak pernah tahu dimana anak pertamanya berada, ia bilang bahwa ia merasa memiliki anak hilang. Wajahnya sangat sedih saat mengatakan hal itu, beliau bilang kalau hanya sempat tahu dipulau mana anaknya berada tanpa tahu lokasi tepatnya. Untuk berkomunikasi pun harus menunggu anak pertamanya menghubungi terlebih dahulu yang entah kapan waktu itu datang karena tidak bisa ditentukan. Singkat cerita, beliau pun turun. Aku bersyukur lagi dengan semua rezeki yang aku dapatkan hingga saat ini, Alhamdulillah.
Satu hal yang mebuat aku menyesal dari kejadian itu, dari sekian banyak kesempatan aku untuk bisa pulang dan menghubungi keluarga dirumah. Aku belum bisa memanfaatkannya dengan baik, ini salahku yang terlalu menyibukkan diri ditanah rantau padahal keluaragku dengan setia menunggu kabar dan menunggu aku pulang kerumah walau hanya 2-3 hari.
Kebahagiaan itu dijemput, bukan ditunggu
Aku teringat kata-kata indah itu saat aku berada dalam bis yang membawaku ke Sukabumi, ada seorang bapak tua yang menjual tissue. Seperti pedagang asongan lain, ia menyimpan barang dagangannya disetiap penumpang bis lalu mengambilnya kembali jika penumpang itu tidak berminat untuk membeli barangnya.
Sedih ketika meilhat bapak tua itu tergopoh kelelahan sambil berjalan didalam bis mengambil kembali dagangannya yang sepi pembeli. Tapi saat ada yang membeli, raut wajahnya berubah cerah, matanya bebinar sambil mengucapkan rangkaian do’a untuk sang pembeli. MasyaAllah, aku masih kalah dalam bersyukur oleh beliau. Padahal hanya 2 buah tissue yang aku beli, tapi beliau mendo’akan aku bernilai ratusan kali lipat dari harga barang yang aku beli. Pak, terimakasih telah memberikan aku pelajaran untuk selalu bersyukur sekecil apapun nikmat yang Allah berikan kepada kita. Semoga bapak dan keluarga selalu dalam lindungan Allah..
Aku benar-benar yakin bahwa setiap perbuatan memang tergantung dengan niat. Niatku yang insyaAllah baik untuk memutuskan pulang sebelum uas memang berbuah manis. Hari ini banyak sekali pelajaran yang aku dapatkan, perjalananku menuju rumah ini memang penuh berkah.
Satu lagi cerita yang akan kubagikan hari ini saat aku, sudah sampai dirumah.
Aku cuma mau berbagi sedikit kebahagiaan hari ini, saat kamu sampai rumah dan langsung disambut dgn teriakan oleh kakakmu. Ya teteh yg lg hamil dan ngidam pengen ketemu adiknya yg jarang pulang.
Setiap hari selalu minta adiknya pulang, atau sekedar tanya "kapan pulang", satu hari bisa tanya sampai 3kali kaya jadwal makan aja..
Dia langsung teriak, peluk kamu ciumin kamu kaya seorang ibu yg jemput anaknya yg masih kecil pulang camping! Sederhana, tapi bahagia!
Skrg aku tahu kalau yg namanya ngidam itu beneran ada hehe
Ini cuma bagian kecil dr kebahagiaan seorang mahasiswa yg so sibuk dan jarang pulang.
Masih byk kebahagiaan lain yg bisa kalian temukan hanya saat km lihat senyum bahagia keluarga saat km plg dlm keadaan baik2 aja, saat kamu ada dirumah.
Ya, keluarga adalah segalanya
Baiti jannati, rumahku surgaku
Sampai bertemu dgn keluargamu dirumah ya, jgn lupa utk selalu mendo'akan yg terbaik utk mereka.
Kata ibu dan bapak "kami selalu menunggu kamu punya waktu utk plg atau sekedar telepon utk tahu kalau km baik-baik saja"
So, masih mau biarin keluarga dirumah kangen trs sm kamu? Disaat ada kesempatan utk pulang kenapa gk dilakukan? Atau saat ada sedikit waktu dari sibukmu kenapa gak kasih mereka kabar?
Sedikit banyak semoga pengalamanku hari ini bisa diambil hal-hal baiknya ya teman, titipkan salam terbaikku untuk keluargamu disana!;)
Comments
Post a Comment