Corona dan Skripsi, Apa Hubungannya? (Bagian Kedua)



Ini adalah tulisan kedua dari tulisan sebelumnya, dapat dibaca terlebih dahulu ya teman. Klik ini saja.

Izinkan Sarah untuk menghubungkannya dengan kondisi saat ini yang terjadi di masyarakat.  Pertama adalah bantuan. Kebutuhan instrumental berupa bantuan pemenuhan kebutuhan dasar berupa pangan saat ini begitu menjadi bahasan yang sering muncul sebagai headline di banyak media. Banyak orang yang kehilangan pekerjaan dan penghasilan membutuhkan bantuan dari orang lain. Lalu apa yang bisa kita lakukan? Mencoba memberikan bantuan dalam bentuk apapun sesuai dengan kemampuan kita. Jika kita sama-sama berada dalam kondisi yang membutuhkan bantuan pangan, mari bantu dengan do’a-do’a terbaik bagi semuanya, semoga Allah berikan kekuatan kepada kita semua dalam menghadapi masa-masa ini. Senjata seorang muslim adalah do’a. Ingat bahwa Allah berfirman dalam Al Qur’an yang artinya:

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS.Al Baqarah [2]: 186)


Bagaimana dengan yang lainnya? Sarah yakin dan percaya bahwa banyak sekali orang baik ditengah masyarakat sekarang, terbukti bahwa bukan hanya bantuan dari pemerintah saja yang diberikan, tetapi sudah banyak peluang kita untuk membantu yang membutuhkan dengan memberikan donasi melalui berbagai media social, platform, aplikasi dan lainnya. Begitu banyak pintu kebaikan yang dibukakan sebagai jalan bagi kita untuk bisa bersedekah, terutama di waktu-waktu terbaik seperti saat ini. Sedekah adalah salah satu amalan yang pahalanya akan terus mengalir.

“Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]:261)

Bantuan yang diberikan bisa dalam bentuk apapun, jika belum bisa memberikan secara langsung pun kita bisa menitipkannya kepada orang-orang baik yang tergabung dalam komunitas, organisasi dan lainnya. Sangat mudah bukan? Selain itu, cara yang lebih mudah adalah perhatikan orang-orang terdekat, saudara kita, tetangga sekitar kita apakah mereka ada yang membutuhkan bantuan juga? Mari saling membantu  bagaimanapun kondisinya..
Kedua, informasi-informasi. Saat kondisi seperti ini begitu banyak informasi yang tersebar, seperti perkembangan kasus di Indonesia, informasi penggalangan dana untuk menunjang APD tenaga medis, pemberian bantuan kepada keluarga terdampak, penyaluran bantuan dari pemerintah baik pusat maupun daerah, informasi tentang kegiatan apa saja yang bisa dilakukan selama #dirumahaja dan masih banyak lagi. Sebagian besar informasi ini sangat mudah diakses dan diketahui oleh masyarakat.


Namun, ada beberapa hal yang sepertinya menjadi informasi buram ditengah masa pandemic ini, izin untuk memberikan pendapat yang mungkin akan banyak pihak kurang setuju. Informasi mengenai penyaluran bantuan social sepertinya belum disosialisasikan secara maksimal oleh pihak pemberi bantuan, baik itu swasta maupun pemerintah. Kita garis bawahi, ­bantuan yang dimaksud ini adalah bantuan pangan maupun tunai. Hingga saat ini, begitu banyak laporan tentang penyaluran bantuan yang tidak merata atau bantuan tidak tepat sasaran. Sebenarnya, dimana letak kesalahannya?

Sarah tau, disaat seperti ini hampir semua masyarakat merasa ‘panik’ dan ‘khawatir’. Tapi tolong, tenangkan diri dulu. Mari kita pelajari, sebenarnya siapa yang berhak menerima bantuan-bantuan tersebut? Apakah orang-orang yang marah-marah berkomentar dengan bahasa yang kurang sopan di media social kepada akun-akun pemerintah? Apakah orang-orang yang “demo” kepada aparat setempat karena tidak dapat bantuan? Ataukah orang-orang yang sebenarnya mampu tapi saat ada bantuan tiba-tiba menjadi mengaku tidak mampu?

Percayalah, yang Sarah temui dilapangan sebagian besar keluarga yang sebenarnya sangat membutuhkan bantuan tidak pernah melakukan hal seperti itu. Sebagian besar dari mereka tidak berani untuk bicara dan meminta dengan paksa bantuan dari siapapun, sebagian dari mereka malu untuk meminta bantuan dan yang menyedihkan adalah mereka tidak diberikan kesempatan untuk tahu kemana mereka bisa mengakses informasi tentang bantuan tersebut, sebagian dari mereka justru tidak tahu kriteria apa yang membuat tetangganya mendapatkan bantuan sementara dirinya tidak dan mereka hanya bisa diam menahan kelaparan. Miris memang, jika ada oknum yang menyalahgunakan jabatan untuk melakukan pendataan pemberian bantuan dilapangan. Lalu yang salah ada dimana? Silahkan dijawab dalam hati, setiap orang pasti punya jawabannya masing-masing karena memiliki kacamata yang berbeda dalam memandang fenomena ini.

Hmm.. Jadi kepada pemberi bantuan, tolong cari informasi-informasi yang setidaknya mendekati valid saat memberi bantuan agar kita tidak dzalim terhadap amanah yang diberikan, kepada keluarga yang sangat membutuhkan tentunya. Aku yakin semua orang itu baik dan melakukan setiap upaya dengan niat yang baik pula, semoga bisa memprioritaskan keluarga yang memang benar-benar membutuhkan bantuan tersebut.
Kepada calon penerima atau penerima, coba kita pikirkan kembali. Apakah kita memang perlu dibantu? Apakah itu hanya sekedar memenuhi hawa nafsu saja? Semoga bisa lebih bijaksana. Kita yakin Allah sudah menjamin rezeki setiap makhluk, hanya bagaimana kita dapat merasa cukup dan syukur atas segala yang telah diberikan..

Mungkin kuncinya ada pada komunikasi dan koordinasi yang baik. Aku harap Informasi-informasi tentang penyaluran bantuan ini dapat dengan mudah diketahui oleh seluruh masyarakat, diberitakan secara transparan (siapa yang berhak menerima, kriteria seperti apa, siapa yang mendata atau darimana dapat datanya, jenis bantuan apa yang diberikan, dan lainnya), diinformasikan dan disosialisasikan dengan baik pula. Untuk apa? Agar tidak ada dusta diantara kita yhaaaaaa…. Agar mengurangi kesalahpahaman di tengah masyarakat. Aku yakin setiap lapisan masyarakat sudah melakukan upaya terbaiknya, terlebih pemerintah dengan berbagai tindakan dan kebijakan. Mari kita do’akan yang terbaik untuk semuanya, kita akan baik-baik saja. In syaa Allah..


***Ada tambahan yang ingin Sarah sampaikan disini, dalam jurnalku (Alhamdulillah sudah terbit, bisa klik disini) disimpulkan bahwa kunci dari coping strategy salah satunya dengan menggunakan metode self help group (kelompok bantu diri). Tujuan dari kelompok bantu diri adalah memberikan dukungan terhadap sesama anggota dan mampu membuat penyelesaian masalah secara lebih baik dengan cara berbagi perasaan dan pengalaman, saling mendengarkan, saling peduli. Kelompok ini juga mampu membantu anggota kelompok untuk berbagi ide-ide dan informasi, meningkatkan kepedulian sesama anggota sehingga tercapainya perasaan aman dan sejahtera, menyadari bahwa mereka tidak sendiri.
Kelompok bantu diri dapat digunakan bagi masyarakat yang kehilangan pekerjaan untuk saling membantu dengan latar belakang permasalahan yang sama. Kenapa? Karena saat kita memiliki latar belakang permasalahan yang sama, biasanya rasa empati kita otomatis akan muncul dan menjadikan suatu motivasi atau dorongan untuk melakukan suatu perubahan. Jadi, ayo cari kekuatan baru dengan membentuk kelompok yang baik. Tidak sedikit usaha-usaha baru muncul sebagai upaya untuk mengembalikan kondisi perekonomian keluarga. Semoga setiap langkah dan prosesnya Allah mudahkan. Sehat selalu semuanya, do’a terbaik dari Sarah.

Jazakumullah khairan katsiran sudah membaca hingga selesai, mohon maaf jika ada yang kurang berkenan dengan tulisan ini. Sarah sangat menerima jika ada kritik atau saran yang ingin disampaikan. Barakallahufiikum.

Sukabumi, 28 Juli 2020/ 7 Dzulhijjah 1441H

Comments

Popular posts from this blog

Operasi Odontektomi, Sakit Gak Sih?

Makalah Lanjut Usia Terlantar

Broken Home Isn’t Broken Dreams